Resume FGD/Webinar Green Business 2 Juli 2024

GAPENRI sukses menyelenggarakan FGD/Webinar dengan tajuk “Green Business – Tantangan Baru Industri Konstruksi” pada hari ini tgl 2 Juli 2024. Kegiatan yang diselenggarakan secara online melalui zoom meeting ini dihadiri sampai 92 peserta ini membuka wawasan kita semua tentang urgensi tema industri hijau pada proyek proyek konstruksi di Indonesia.

Berikut hasil Resume hasil diskusi dalam FGD Green Business hari ini oleh fasilitas Zoom AI :

Ringkasan rapat untuk GREEN BUSINESS – TANTANGAN BARU INDUSTRI KONSTRUKSI (07/02/2024)

Rekap cepat

Tim membahas biaya dan manfaat produk hijau, kebijakan fiskal potensial untuk industri konstruksi hijau, dan implementasi perdagangan karbon dan regulasi cerdas di sektor industri Indonesia. Mereka juga membahas kurangnya metode standar untuk menghitung emisi karbon di industri konstruksi Indonesia, topik pembangunan berkelanjutan, dan implementasi standar industri hijau. Terakhir, mereka mengeksplorasi proses sertifikasi dan persyaratan audit untuk sektor energi dan industri semen, dan potensi perdagangan karbon dan manajemen rantai pasokan.

Langkah selanjutnya

  • GAPENRI menyelenggarakan diskusi lanjutan tentang standar industri hijau, perdagangan karbon, dan pengadaan hijau.
  • Kementerian Perindustrian untuk mempertimbangkan untuk memasukkan lingkup 3 emisi dalam standar industri hijau.
  • Anggota GAPENRI mengadopsi praktik bisnis hijau sebagai strategi untuk daya saing masa depan.
  • Kementerian Perindustrian untuk mengembangkan metode perhitungan jejak karbon standar untuk industri konstruksi Indonesia.
  • GAPENRI untuk mengeksplorasi kolaborasi potensial dengan lembaga keuangan untuk memberi insentif proyek konstruksi hijau.

Ringkasan

Produk Hijau, Kebijakan Fiskal, dan Perdagangan Karbon

Para peserta membahas berbagai topik termasuk biaya dan manfaat produk hijau, kebijakan fiskal potensial untuk industri konstruksi hijau, dan implementasi perdagangan karbon dan regulasi cerdas di sektor industri Indonesia. Piah berpendapat bahwa sementara biaya awal produk hijau mungkin lebih tinggi, biaya operasional jangka panjang dapat dikurangi, menjadikannya pilihan yang relevan dan bermanfaat bagi perusahaan. Ada juga diskusi tentang kurangnya kebijakan dan insentif yang ditetapkan untuk perdagangan karbon dan regulasi cerdas di Indonesia, dengan Kementerian Perindustrian bekerja pada menetapkan standar dan benchmarking dengan kebijakan internasional. Percakapan berakhir dengan pengakuan bahwa paket perhitungan standar untuk perdagangan karbon belum tersedia di Indonesia.

Standarisasi Perhitungan Emisi Karbon dalam Konstruksi

Roem mengangkat kekhawatiran tentang kurangnya metode standar untuk menghitung emisi karbon di industri konstruksi Indonesia, mengusulkan pertemuan tindak lanjut untuk menetapkan standar tersebut. Diskusi ini juga membahas topik-topik pembangunan berkelanjutan seperti jejak karbon, perdagangan karbon, dan penangkapan karbon, pemanfaatan, dan penyimpanan. Tim berencana untuk mengatasi inisiatif hemat energi dalam pertemuan berikutnya dan kemudian menyelidiki lebih dalam hal-hal yang berhubungan dengan karbon. Implementasi standar industri hijau dan penggunaan sistem penilaian untuk kepatuhan juga dibahas, dengan kemungkinan menggunakan bahan daur ulang untuk penggunaan internal dan pengiriman klien. Konsep modularisasi disorot sebagai praktik standar untuk mengurangi dampak negatif dan meminimalkan limbah.

Diskusi Sertifikasi dan Audit Sektor Energi

Herman membahas proses sertifikasi dan persyaratan audit untuk sektor energi dan industri semen, menekankan perlunya lembaga terakreditasi untuk menilai jejak karbon, termasuk perhitungan emisi Lingkup 3 dalam Standar Industri Hijau. Pertemuan ini mengeksplorasi pelaksanaan audit berdasarkan parameter Standar Industri Hijau. Diskusi berfokus pada manfaat mengadopsi prinsip-prinsip bisnis hijau, terutama untuk industri konstruksi, dan potensi perdagangan karbon dan manajemen rantai pasokan. Putut menyebutkan pertemuan tindak lanjut untuk membahas hasilnya. Maria mengklarifikasi nilai semen energi yang lebih rendah. Percakapan berakhir dengan komentar tentang pentingnya pengembangan infrastruktur dan ekspresi rasa syukur.

Konten buatan AI bisa saja tidak akurat atau menyesatkan. Selalu periksa keakuratannya.

KESIMPULAN SEMENTARA HASIL FGD

  1. Penerapan Green Business Pada Pembangunan Infrastruktur khususnya Proyek EPC sangat Complicated, tapi kalau diterapkan akan berdampak positif tidak hanya untuk keberlanjutan lingkungan, tetapi juga memberikan keuntungan kompetitif, efisiensi biaya, dan kepatuhan terhadap regulasi yang semakin ketat.
  2. Dengan mengadopsi prinsip-prinsip Green Business, penyedia jasa konstruksi EPC dapat meningkatkan efisiensi dan menawarkan nilai tambah kepada klien mereka, mengurangi dampak lingkungan, dan memperkuat posisi mereka dalam industri yang semakin kompetitif.
  3. Penggunaan material ramah lingkungan dan penggunaan energi terbarukan sudah menjadi keharusan dalam pelaksanaan proyek EPC.
  4. Adopsi praktik-praktik hijau menjadi strategi bisnis yang cerdas dan diperlukan untuk menghadapi tantangan dan peluang masa depan Industri kontruksi.
  5. Penerapan sanksi yang ketat terhadap Perusahaan Kontruksi yang tidak menerapkan green business dari hilir sampai dengan hulu.
  6. Membangun budaya green ambition kepada para penyedia jasa kontruksi kghususnya penyedia jasa EPC.
  7. Gapenri sebagai asosiasi tempat berhimpunya anggota penyedia jasa EPC mendorong LKPP untuk membuat regulasi EPC hijau dalam
    proses pengadaannya.
  8. Gapenri mendorong anggotanya untuk menjadi pionir dalam penerapan green business pada proyek EPC.
  9. Perlu ada tindaklanjut FGD dengan topik yang lebih spesifik tapi tetap dalam koridor Penerapan green busines pada proyek EPC

Jakarta, 2 Juli 2024
Moderator FGD Green Business

Dr. Ir. Putut Marhayudi

Tags: No tags

Comments are closed.